Taman
Nasional Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari
Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km pada lokasi geografis sebelah
utara DKI Jakarta. Secara administratif kawasan TNKPS berada dalam
wilayah kabupaten administrasi kepulauan seribu. Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu tersusun oleh ekosistem pulau - pulau sangat kecil dan
perairan dangkal, yang terdiri dari gugus kepulauan dengan 78 pulau
sangat kecil, 86 gosong pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang
pulau sekitar 2.136 Ha, terumbu karang tipe ringing reef, mangrove dan
lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut
dangkal sekitar 20 - 40 m. terdapat 3 ekosistem utama pembentuk sistem
ekologis kawasan ini yaitu : Hutan pantai, Hutan mangrove, Padang lamun,
dan Terumbu karang. Secara ekologis ketiga ekosistem utama tersebut
merupakan penyangga alami bagi daratan pulau yang memberikan sumbangan
manfaat bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Transportasi
Harmoni - Muara Angke : Carter Angkot
Muara Angke - P.Harapan : Kapal Penyeberangan Rakyat
Estimasi Biaya
Carter Angkot Berangkat : Rp. 1 00.000
Kapal ke P.Harapan (PP) : Rp. 70.000
Kapal Nelayan ( 2 Hari ) : Rp. 700.000
Guide (1 Hari) : Rp. 100.000
Alat Snorkling (7 Orang) : Rp. 245.000
Air 2 Galon : Rp. 50.000
Makan Siang (7 Orang) : Rp. 122.500
-- Semua Biaya untuk keberangkatan 7 orang, jika peserta lebih banyak tentunya biaya akan lebih bisa ditekan --
Catatan Perjalanan
Sabtu 8 juni 2013. Pagi yang
cukup cerah saat kita menginjakkan kaki di dermaga muara angke dengan bau busuk
yang tercium disekitar. Memang muara angke ini terkenal dengan dermaga kapal
kapal ikan, pasar ikan dan jangan heran jika keadaan disini sangat kumuh,
becek, bau. Sudah saya tak perlu menjabarkan lebih dalam mengenai keadaan di
muara angke yang akan membuat kalian tidak meneruskan tulisan saya ini.
Muara Angke
Oke, di gerbang muara angke kami
menunggu seorang guide yang telah kami hubungi terlebih dahulu untuk lebih
mempermudah akomodasi kami semua. Tak berapa lama sang guide pun datang dan
langsung menunjukkan kapal yang akan kami tumpangi. Tujuan kita ke pulau seribu
ini adalah ke pulau harapan dan akan berkemah di pulau perak. Pulau perak
terletak di kepulauan seribu utara yang konon ditempat inilah pulau pulau
paling cantik berada dengan lautannya yang biru sebening kaca. Keadaan kapal
rakyat ini sungguh penuh sesak dengan para pelancong yang ingin menikmati akhir
pekan di kepulauan seribu. Mulai dari koper sampai ransel, pria atau wanita,
bule maupun local bercampur semua di
kapal ini dengan satu tujuan yaitu travelling.
Kapal Penuh Sesak
Pose Di Buritan Kapal
Karena kami sedikit terlambat
saat naik kapal akhirnya kami kehabisan lapak yang strategis, akhirnya dengan
terpaksa kami harus duduk dibagian belakang kapal diantara kotak kotak bekas
penampung ikan, yang sekilas sekilas tercium bau amis disini. Tapi semua itu
tak meruntuhkan niat kami travelling, bahkan nasi bungkus pun kami lahap habis
diantara bau bau tersebut.
Penuh Dengan Wisatawan
Tepat pukul 07.30 mesin kapal
mulai dinyalakan dan kapal segera berangkat. Beranjak dari dermaga muara angke,
semua kapal seakan berlomba lomba menuju pulau yang akan dituju. Sekedar info
jika kita ingin menuju Pulau Harapan hanya tersedia dua kapal dari muara angke
dengan kapasitas “unknown” yang bisa diartikan kapasitas sebesar besarnya dan
tak terhingga, selama orang masih bisa untuk masuk ke dalam kapal. Mulai dari
dek bawah, dek atas, pagar pembatas haluan kiri kanan, bahkan atap kapal diatas
ruang nahkoda semua penuh dengan orang. Dari kacamata seorang Engineer Kapal,
hal ini sangat memprihatinkan dan sangat membahayakan. Dan saya perhatikan alat
keselamatan di kapal ini sangat tidak memadai dan terbilang nihil untuk jumlah
penumpang yang sebesar ini. Maka dari itu jangan salahkan jika nanti kapal ini
mungkin akan tenggelam ataupun terbalik, tapi semoga saja tidak. Ada pertanyaan
bagus yang selalu terlontar di negeri ini “Murah kok mau minta selamat??”
hahaha, itulah realita.
Kapal Lepas Landas Meninggalkan Ibukota
Perjalanan
Mengabaikan Keselamatan
Selama perjalanan mata kita
seolah dimanjakan dengan pemandangan laut yang elok dengan ratusan pulau yang
berserakan di sepanjang perjalanan. Jika diperhatikan warna laut akan berubah
seiring kita meninggalkan daratan DKI Jakarta. Dari Muara angke berwarna hitam
pekat, 1 jam perjalanan berubah menjadi hijau gelap, hijau terang, dan kemudian
biru jernih. Dalam perjalanan kita hanya terduduk di dek belakang kapal dengan
sengatan sinar matahari, mata tertuju sinis ke orang orang yang duduk dibawah
terpal yang terpasang, sungguh nikmat perjalanan mereka tanpa tersiksa seperti
kami. Slayer, topi, kacamata, jaket menjadi senjata kita melawan sinar matahari
ini. 2,5 jam perjalanan kita tiba di Pulau Pramuka, tempat persinggahan pertama
kapal kami selama perjalanan. Sekilas pulau ini tampak indah dengan jernih air lautnya
bercampur dengan kepadatan penduduknya, dan yang membuat saya berkesan dan
penasaran adalah “Pramuka Cyber Island”, Woow..keren, ada harta karun apa
sehingga pulau ini disebut seperti itu, hahaha.
Pulau Pramuka
View Pulau Pramuka
Kapal kembali bergerak menuju
Pulau PHP eh salah, Pulau Harapan. Kapal terombang ambing menerjang ombak
menemani kami yang kepanasan mati gaya di atas dek, tetapi tiba tiba si Imam
berteriak “Ada Lumba Lumba”. Spontan saya, Rendi, Septi langsung beranjak dari
tempat duduk dan melihat si Lumba Lumba berlompatan di samping kapal. Mereka
seakan ceria menyambut kedatangan kita, pengalaman pertama saya melihat Mamalia
pintar ini di alam bebas. 10 menit kemudian kapal sedikit menikung mencari arah
diantara karang karang di laut dangkal yang menandakan kami akan segera
berlabuh di Pulau harapan. Sekilas Pulau ini seperti ibukota diantara pulau
pulau yang ada dikarenakan kepadatan penduduk dan pemukiman di pulau ini.
Mengabadikan Momen Indah
Si Lumba Lumba
Turun dari kapal kami langsung
disambut dengan Pak Rambo, nama yang keren seperti nama aktor di film perang
Hollywood. Dia adalah guide yang menyediakan semua akomodasi kami mulai dari
muara angke sampai di Pulau perak. Kami dipertemukan dengan pemilik kapal yang
akan mengantarakan kami ke pulau perak. Salam perkenalan pertama “Nama saya
ayang”, sekilas terdengar seperti panggilan kepada yang tersayang..hahahaha,
dan asisten pak Ayang bernama Punky. Penilaian kami tentang nama nama diatas
adalah keren dan sedikit aneh, apakah itu hanya julukan atau nama asli mereka.
Ahh biarlah yang penting kita senang senang.
Pulau Harapan
Pulau PHP
Tak membuang waktu, Pak ayang
segera mengantarkan kita ke perahu miliknya. Perahu nelayan kecil yang cukup
ekstrim bergoyang goyang jika kita berjalan di atasnya. Si Punky pun berteriak
“Musik Dimulai” maka Pak Ayang pun segera menyalakan mesin yang mempunyai suara
seirama music dangdut, “Dup Dum Dup Dum”. Perahu bergoyang goyang dengan music
mesin membelah laut biru disini, pemandangan sangat indah pun tersaji, mata
kita seakan menolak untuk berkedip. Inilah surga yang tersembunyi di Ibukota
Jakarta kawan.
Pose Si Punky
Diatas kapal kami sudah disiapkan
makan siang oleh Pak Ayang berupa nasi kotak. Tanpa banyak bicara langsung kami
santap sambil menikmati pemandangan pulau pulau sekitar. Sungguh suasana makan
siang yang sulit terlupakan. 60 menit berlalu, tibalah kami di Pulau Perak.
Pulau tanpa penghuni dengan hanya penjaga warung di siang hari sangat cocok
dijadikan tempat berkemah, pulau dengan pasir putih, laut yang jernih, pohon
rindang dan sumur air tawar terdapat disini. Kita segera mendirikan tenda dan
menyimpan barang barang, kemudian kita istirahat?? Tidak, kami langsung kembali
ke perahu Pak Ayang untuk menuju ke spot untuk snorkeling.
Pulau Perak
Jernih Air Pulau Perak
Camp Tepi Pantai
Alat snorkel telah disiapkan
semua mulai dari kaki katak, jaket pelampung, kacamata. Setelah semua kostum
terpakai dan kita tiba di spot yang dituju langsung kita loncat ke air. Karang
karang indah begitu jelas terlihat dan ikan ikan cantik terlihat bermain main
di sekitar koral. Tapi sayang di spot pertama ini banyak sekali tersebar bulu
babi, kita harus berhati hati dalam berenang terutama di perairan dangkal. Jika
kita sampai menyentuh bulu babi, kulit akan tersengat lebih sakit daripada
tersengat lebah, itu kata Pak Ayang. Puas di spot pertama kita lanjut di spot
kedua. Sebelum kita sampai di pos kedua Pak Ayang mengajak kita di pulau pasir.
Tempat ini berupa gundukan pasir putih di tengah laut yang akan hilang jika air
laut sedang pasang, sekilas tempat ini mirip dengan tempat perundingan Jack
Sparrow dengan Davi Jones di Film Pirates Caribbean, Sungguh tempat yang indah
dan luar biasa.
Surga Dunia
Bermain Air
Puas berfoto foto ria kami
melanjutkan ke spot kedua, di spot ini terumbu karang lebih indah dan hidup
bulu babi pun tak sebanyak sebelumnya. 60 menit kami habiskan disini, kemudian
kita lanjutkan ke spot ketiga. Spot terakhir ini merupakan tempat dengan
terumbu karang paling indah dan ikannya juga sangat banyak, tapi satu yang aneh
air disini berubah ubah yang kita rasakan terkadang dingin terkadang hangat,
dan kata si Rendi ini tempat paling disukai jin jin..hahaha.. ahh yang penting
jalan jalan men.
Tak
terasa matahari sudah mulai condong ke barat dan tubuh kami semua sudah mulai
lelah, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke pulau perak. Tiba di pulau perak
kami langsung mencari sumur air tawar yang ada. Aku, Rendi, Imam, dan Septi pun
berjalan untuk mencari sumur. Jalan setapak kecil kami telusuri, percabangan
kami lalui tapi sumur itu tidak muncul sampai kita berputar putar di pulau ini.
Sampai akhirnya Septi pun bertanya dengan Orang yang sedang berkemah juga, kita
dapat petunjuk dan kita ikuti tapi kita malah tersasar dan menemukan sebuah
makam di tengah pulau, Ngeri men !!! kita tidak ingin cerita kita seperti judul
Film Terdampar di Pulau hantu. Akhirnya kita balik arah dan dan ketemu juga
sumur tersebut. Setelah bersih diri matahari pun
semakin condong dan menampakkan sunset yang indah. Tak ingin melewatkan momen
ini kami pun segera melipir pantai dan mencari spot untuk jepret jepret. Dan
berikut sedikit oleh oleh sunset dari pulau perak.
Sunset
Malam pun menyelimuti, kami
habiskan dengan acara masak masak dan bercengkerama di dekat api unggun. Tak
terasa malam pun semakin larut dan kami harus istirahat untuk menyambut
matahari pagi. Jam 05.00 alarm berbunyi saatnya kita membuka mata dan menikmati
indah pagi di kepulauan seribu. Sayang sunrise sedikit terhalang awan tapi tak
menghilangkan keindahan pagi di pulau perak.
Mentari Pagi
5 Jepret 2 Masih Ngorok
Kami
melakukan susur pantai pulau perak ini, Aku, Rendi, Yohan, Imam, Septi
sedangkan 2 personil lain Aziz dan Jericho masih terlelap dalam tidur. Banyak
pohon tumbang di sekitaran pantai akibat abrasi air laut. Tapi ini menjadi spot
menarik untuk diabadikan dalam bingkai foto. Satu putaran pun kami habiskan
hingga kami kembali ke tenda.
Susur Pulau
Damai
Tak terasa matahari pun semakin
naik dan waktu pun semakin beranjak dan seakan memaksa kita untuk kembali ke
ibukota. Setelah sarapan pagi dengan menu ala kadarnya kita segera bongkar
tenda dan packing. Pak Ayang pun datang menjemput dan meminta kita segera
bersiap karena kapal yang akan mengantarkan kita kembali ke ibukota akan
berangkat dari Pulau Harapan tepat jam 13.00. Dengan berat hati kami akhirnya
meninggalkan Pulau Perak yang indah ini. Dan semoga kelak kita dapat kesini ke
Surga yang tersembunyi ini bersama sama lagi.
Pose Sebelum Pulang
Kami Pasti Kembali Di Surga Kecil Ini
Tidak ada komentar :
Posting Komentar