Salah satu gunung yang terdapat
di daerah jawa timur yang masuk di dalam deretan pegunungan Hyang
terletak di
kabupaten probolinggo. Gunung ini memiliki ketinggian 3088 mdpl.
Terdapat 2
puncak yang terkenal, yang pertama puncak rengganis dan yang tertinggi
adalah
puncak argopura. Kedua puncak ini hanya terpisah jarak ± 200 m.Gunung
Argopuro juga terkenal akan jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa.
Transportasi
Surabaya - Probolinggo - Kraksaan - Krucil
Estimasi Biaya
Bis Surabaya - Probolinggo : Rp. 15.000
Bis Probolinggo - Kraksaan : Rp. 7.000
Angkot Kraksaan - Krucil : Rp. 8.000
Perijinan
Untuk melakukan pendakian melalui jalur Bermi kita harus melapor
terlebih dahulu ke Polsek Krucil, disini kita harus mengisi biodata
ketua kelompok pendakian dengan menyerahkan fotokopi KTP dan tanpa
dipungut biaya sepeserpun. Jika dijalan ada apa apa kita tidak bisa
meminta pertanggung jawaban siapapun juga, maka dari itu persiapan
mendaki gunung ini harus benar benar matang, jika hanya niat mencari
sensasi mending jangan pernah mendaki gunung ini.
Polsek Krucil
Jalur Pendakian
Jalur pendakian Gunung Argopuro ini merupakan jalur terpanjang di pulau
Jawa dengan jarak 38 km. Sesuai dengan rencana kami melakukan perjalanan
melewati dua jalur yang berbeda alias tidak kembali pulang dengan jalan
yang sama, karena untuk menikmati gunung Argopuro secara maksimal harus
melewati jalur seperti ini dengan konsekuensi waktu dan jarak tempuh
yang lebih lama. tapi tak apalah demi melihat danau, sungai, kawah,
padang rumput, dan mungkin saya hanya berkesempatan 1 kali dalam hidup
mengunjungi tempat ini. Jadi mari kita langkahkan kaki, Lets Gooo....
Perjalanan ke puncak Argopuro : 20 jam
Perjalanan turun via Baderan : 12 Jam
Pendakian
Doa Awal
-- Krucil - Taman Hidup --
Perjalanan kami dimulai dengan
menyusuri jalan menurun di depan polsek krucil dan berbelok ke kanan
yang
terbentang di tengah pemukiman penduduk dan ladang. Menurut informasi
warga sekitar sebelum mendaki gunung ini diwajibkan salah satu dari kami
harus mengambil air dari musholla kecil yang terdapat di awal jalur
pendakian. Menurut penduduk ini demi keselamatan kami semua saat
memasuki daerah kekuasaan Dewi Rengganis. Percaya tidak percaya sih,
tapi apa susahnya juga membawa sedikit air dari tempat itu.
Gerbang Awal
Setelah beberapa lama kita
akan bertemu percabangan, kita ikuti arah jalan setapak yang berbelok ke
kanan.
Hampir satu jam berjalan dengan trek yang lumayan menguras yang naik
turun tenaga kami bertemu
dengan hutan damar. Selama perjalanan awal ini trek masih dalam areal
perkebunan rakyat. Tak beberapa lama kami pun sampai di pintu hutan,
disini ditandai dengan pohon pohon damar yang tertata rapi. Sedikit
ketakjuban saat melewati hutan yang cukup indah ini.
Hutan Damar
Trek
Istirahat
Dari hutan ini jalan setapak akan semakin menanjak, terkadang kita harus
berpengang pada akar akar pohon untuk terus bergerak maju. Ditambah
dengan jalanan yang licin sehabis diguyur hujan menambah berat langkah
kaki kita. Terkadang rumput liar setinggi paha pun harus kita lalui.
Tanjakan demi tanjakan kita lalui tetapi seakan tiada habisnya, tenaga
pun semakin terkuras, dan catatan penting tidak ada mata air selama
perjalanan menuju Taman Hidup. Selama di perjalanan kita akan sering
berjumpa dengan monyet ekor panjang, tingkah polah mereka menjadi
menjadi hiburan tersendiri dikala kami sedang dilanda kelelahan di
tengah rimbun rimba. Setelah kurang lebih berjalan selama 5 jam
perjalanan hari pertama ini akan segera berakhir jika kita sampai
di puncak bukit tertinggi yang terdapat percabangan arah taman hidup dan
kearah
cisentor. Kita ambil arah kanan, jalur ini menuju danau Taman Hidup.
Hari pertama kita rencanakan untuk membuka tenda di taman hidup untuk
bermalam.
Taman Hidup
Khayangan Dewi Rengganis
Mentari Pagi
-- Taman Hidup - Puncak --
Hari kedua tenaga telah terisi
setelah istirahat semalam di tenda kami pun bersiap kembali untuk
menerjang
perjalanan panjang di hari kedua ini taman hidup ke cisentor yang kami
perkirakan akan ditempuh dalam 8 jam, tapi semuanya tergantung tenaga
dan
mental setiap individu. Start perjalanan kami lakukan tepat pukul jam 9
pagi, senyum senyum cerah menyambut awal perjalanan kami di hari kedua.
Pada awalnya kami cukup kesulitan untuk menemukan jalur, tapi dengan
bantuan ketua tim polio akhirnya jalur diketemukan. Jalur awal cukup
jelas walaupun terkadang kita harus berjalan di atas pohon yang tumbang
dan melintas sungai, sampai kita memasuki hutan lebat dengan lumut lumut
hijau yang
eksotis. Hutan ini sangat lebat, selalu berkabut dengan pohon pohon yang
besar
hingga sinar matahari pun kesulitan menembus lebatnya hutan dan
menjadikan
kawasan ini cukup indah tetapi sedikit mencekam. Kata para pujangga
malam hutan ini mempunyai kesan romantis mistis.
Kabut Tebal
Hutan Lumut
Setelah menembus lebat hutan
lumut jalur akan mulai samar dengan ditutupi ilalang setinggi paha orang
dewasa. Jalur akan terus menanjak dan membuat kami terpecah pecah
menjadi beberapa tim kecil. Melanjutkan perjalan dengan trek yang naik
turun
dengan di kanan kiri kami banyak tumbuh tanaman penyengat atau biasa
disebut
para pendaki tumbuhan jancukan (Jancuk),sebuah konotasi negatif bahasa
jawa.
Karena jika kita tersentuh akan terasa seperti dicium lebah dan kita
akan mengumpat. Jalanan mulai kurang bersahabat dengan tanjakan tanjakan
yang cukup ekstrim. Langkah demi langkah kami kumpulkan demi melibas
ilalang di hari kedua ini.
Tanaman Penyengat
Tertutup Ilalang
Seutas Pita Sebagai Penunjuk Jalan
Setelah sekian jam berjalan
gontai 15 orang tim terdepan menemui persimpangan jalan sebelum mencapai
aeng
kenik. Dengan keyakinan kami yang dipimpin oleh ketua tim berbelok
ke arah kiri. Dan kamipun yakin jalur ini benar walaupun tertutup
ilalang setinggi manusia, karena sepanjang jalur pita pita merah selalu
ada dihadapan kita. Setelah sekian lama jalan terus menanjak tajam tanpa
bonus dengan kiri kanan
berserak pohon jancukan. Setelah hampir 2 jam berjalan dari
persimpangan kami baru menyadari
bahwa jalan yang kami lalui ini adalah jalan pintas untuk menuju
langsung ke
puncak dan bibir kawah argopuro, padahal tujuan kami semula adalah
cisentor
untuk beristirahat terlebih dahulu. Kepalang tanggung dan fisik yang
semakin ngedrop, akhirnya kami putuskan untuk terus berjalan ke atas ke
kawasan puncak.
View Waktu Tersesat
Kabut Tebal
Mau apa dikata tim piknik alam telah
terpecah pecah dan kami berharap tim belakang juga mengikuti jejak kami,
tetapi
setelah sekian lama menunggu batang hidung tim belakang tidak kunjung
terlihat.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan menerjang tanjakan tanjakan
vertikal hingga menemui kawah argopuro kami pun berdoa agar tim
belakang tidak tersesat mengikuti jejak kami. Hampir 2 jam kami menunggu
tim belakang di kawasan puncakm, tapi tak ada tanda tanda mereka
muncul. Malam pun semakin larut, kamipun melanjutkan perjalanan menuju
rawa embik untuk membuka tenda dan memasak makanan, karena hampir sehari
penuh kami berjalan.
Petunjuk Arah
Di kawasan puncak ini terdapat dua puncak yang dapat kita kunjungi. Yang
paling terkenal di kalangan pendaki adalah Puncak Rengganis. Puncak ini
juga menyimpan cerita legenda dari Majapahit tentang Dewi Rengganis,
Konon juga terdapat arca Rengganis tetapi tidak terlihat. Dari puncak
terlihat seperti reruntuhan pagar pagar tepat dibawah puncak rengganis.
Atau mungkin ini bekas peninggalan Dewi Rengganis itu, harus saya cari
kelanjutan dari cerita ini. Mungkin suatu saat saya juga membuat tulisan
tentang Dewi Rengganis, jadi tunggu saja di blog saya ini.
Petilasan Dewi Rengganis
Puncak Rengganis
Puncak tertinggi adalah puncak argopuro yang hanya bersebelahan dengan
Rengganis yang dapat kita capai dengan berjalan 30 menit dari Rengganis.
Medan mencapai puncak inipun lebih terjal daripada puncak rengganis. Di
puncak ini ditandai dengan tanda trianggulasi dengan tertutup lebat
dari pepohonan. View memang kurang menarik dibandingkan dengan puncak
rengganis.
Puncak Argopuro
Background Puncak Argopuro
-- Puncak - Cisentor --
Turun dari kawasan puncak setelah berjalan mengikuti pita kecil sebagai penunjuk arah serta menerjang semak belukar selama 90 menit kita akan menemui Rawa Embik. Disini merupakan pos terakhir sebelum puncak dan terdapat sungai berair jernih. Sebuah padang rumput yang cukup luas, konon katanya dulu banyak terdapat kambing gunung yang mencari air disini, makanya sekarang kawasan ini dinamakan rawa embik.
Rawa Embik
Tempat Camp Rawa Embik
Setelah sempat bermalam di Rawa Embik kita melanjutkan perjalanan ke
Cisentor, trek kembali tidak jelas dengan menerjang semak belukar.
berjalan 90 menit kita akan mendengar deras suara sungai yang menandakan
kita akan segera sampai di Pos Cisentor. Disini merupakan daerah
mungkin tidak cukup terlalu luas dibandingkan pos pos lainnya sehingga
saat mendirikan tenda disini harus saling dempet jika musim pendakian
sedang ramai, kawasan ini biasa digunakan pendaki bermalam sebelum
menggapai puncak Argopuro.
Cisentor
-- Cisentor - Cikasur --
Perjalanan turun kita rencanakan via jalur Baderan, jalur yang yang
sayang kita lewatkan. Jadi pertama kita harus mencari jalur untuk menuju
Cikasur. Jalur sangat tidak jelas tanpa penunjuk arah. Banyak pohon
pohon tumbang, jalur tertutup ilalang setinggi manusia dewasa, sebelah
kanan jurang menganga siap menerkam dibalik ketidakwaspadaan kita. Jadi
sangat dianjurkan untuk bersama seseorang yang sudah berpengalaman naik
Gunung ini agar tercipta rasa aman dalam perjalanan dan disarankan juga
agar membawa GPS, hal yang sangat saya anjurkan. Setelah menemukan jalur
kita akan dipandu dengan patok patok yang tepasang sepanjang jalur.
Jalur membelah hutan dan padang rumput yang cukup indah, setelah
berjalan 2-3 jam kita sampai di Cikasur.
Cikasur
Pos Cikasur
Daerah ini merupakan padang rumput sangat luas dan sangat indah. Jika
kita beruntung kita akan bertemu dengan rusa ataupun merak liar. Sungai
jernih berarus dingin pun mengalir di kawasan ini. Tempat yang sempurna
untuk berkemah tetapi dibalik keindahan ini ada sedikit cerita miris.
Dahulu Cikasur ini juga merupakan Bandara perintis yang dibangun Jepang,
sampai saat ini sisa sisa bangunan masih terlihat jelas. Banyak pekerja
paksa yang dibantai disini, dan menurut warga sekitar kami dianjurkan
tidak bermalam di daerah ini, sebaiknya camp setelah daerah cisentor.
Tapi tenaga malam itu tak bisa dituntut untuk berjalan lebih jauh lagi,
maka kamipun bermalam di cisentor, dan Alhamdulillah selama semalam
kamipun tak menemui hal yang negatif dari tempat ini.
Reruntuhan Bekas Bandara
Sungai Cikasur
Penuh Dengan Selada Air
Setelah bermalam di Cikasur kita melanjutkan perjalanan kembali. Padang
rumput masih setia menemani setapak kaki kami. keluar masuk hutan
beberapa kali kita akan sampai di Alun alun kecil. Sebuah padang rumput
terakhir yang sangat indah. Seperti surga kecil yang jatuh ke dunia,
sebelum kita melalui punggungan bukit sampai kita sampai di pos Baderan.
View Selepas Cikasur
Menerjang Rerumputan
Padang Savana
Memulihkan fisik di alun alun kecil kita berangkat kembali, Tanjakan
bukit sudah menghadang kami. setelah melewatinya kita akan naik turun
bukit tapi tidak terlalu ekstrem. Melewati Punggungan bukit selama 3 jam
kita akan sampai di pos Mata air 2 dan Mata air 1. Beranjak dari pos
mata air 1 selama kurang lebih 2 jam penampkan alam akan segera berubah
setelah kita melewati batas hutan. ladang penduduk akan menyambut kita
dengan jalanan batu yang tertata rapi. Tetapi pos Baderan masih cukup
jauh jika kita telah ladang ladang penduduk ini. Jika kita tidak ingin
berlama lama kita bisa menyewa ojek dari batas hutan.
Ladang Penduduk
Perjalanan 4 hari 3 malam kita berakhir pada saat kita sampai di pos
baderan. Sungguh petualangan yang menantang mental dan fisik kita,
pengalaman yang tak mungkin dapat saya lupakan menerjang setapak kecil
terpanjang di pulau jawa ini. Dari Pos baderan kita dapat menggunakan
angkot kembali untuk mengantarkan kita ke daerah Besuki dan kembali
bertempur dengan hari hari biasa.
Angkot Menuju Besuki
Tidak ada komentar :
Posting Komentar