Gunung Papandayan mempunyai
ketinggian 2654 mdpl, berada di daerah otoritas garut yang mendapat julukan
lain “Switzerland Van Java”, julukan yang disematkan oleh pelawak legenda dunia
Charlie Chaplin yang pernah mengunjungi kota ini. Terdapat dua jalur resmi
pendakian yaitu jalur dari desa Cisurupan dan Jalur dari Pengalengan.
Transportasi
Jakarta (Kp. Rambutan) – Bandung –
Garut.
Estimasi Biaya
Bis Kp. Rambutan – Garut :
Rp. 35.000
Angkot Garut – Cisurupan :
Rp. 6.000
Cisurupan – Parkiran
Ojek : Rp.
20.000
Pick Up (15 Orang) : Rp. 8.000
Tiket Masuk Kawasan :
Rp. 2.000
Angkot Ke Cisurupan
Perijinan
Perijinan di gunung papandayan ini relative mudah dan tidak ada
persyaratan khusus. Kita hanya diwajibkan membayar tiket masuk kawasan saja dan
tidak ada persyaratan lainnya.
Jalur Pendakian
Perjalanan awal kita mulai dari kawasan parkiran wisata papandayan. Selepas
dari parkiran kita akan langsung disambut dengan landscape kawah papandayan
yang masih terus aktif dan mengeluarkan gas belerang.
Perjalanan Menuju Kawasan Kawah
Kita harus mempersiapkan masker hidung untuk menghindari bau ataupun
bahaya dari gas belerang dari kawasan kawah. Landscape kawah yang indah
selalu menggoda kita untuk mengabadikan setiap langkah kita.
Kawah Papandayan
Gas Belerang
Lereng Kawah
Kawah Aktif
Landscape
Jalanan akan sedikit demi sedikit akan terus menanjak, kemudian
selepas kawasan kawah jalur pendakian akan datar dan kita akan sampai di daerah
longsoran. Daerah ini terdapat bekas longsoran besar yang membelah bukit,
akibat longsoran ini kita harus mengambil jalur menurun kearah kanan, jalur
sedikit memutar dan lebih jauh tetapi tetap dengan pemandangan alam yang
menyejukkan mata.
Daerah Longsoran
Jalur Menanjak
View Landscape
Jalur akan terus landai sampai kita bertemu pos lawang angin, disini
adalah sebuah persimpangan jalan dimana untuk mencapai puncak papandayan kita
harus mengambil arah ke kiri sedangkan lurus akan mengantarkan kita ke jalur
pengalengan dan pondok guberhut.
Lawang Angin
Mengikuti jalur selama kurang lebih 20 menit kita akan sampai di
pondok saladah. Pos terakhir yang biasa digunakan para pendaki untuk bermalam
sebelum melanjutkan keesokan harinya. Di pondok saladah merupakan sebuah
hamparan luas yang bisa menampung puluhan tenda dan terdapat mata air yang
mengalir sepanjang musim. Dari sini kita dapat memandang hutan mati dari
kejauhan.
Pondok Saladah Berselimut Kabut
Pondok Saladah
Tenda Yang Selalu Menemani
Sumber Air
Selepas kawasan pondok saladah dengan mengambil arah kiri serta
menyebrang aliran sungai, sekitar 15 menit kita akan sampai di kawasan hutan
mati. Gunung papandayan sempat erupsi pada tahun 2002 dan menghancurkan hutan
hutan dikawasan ini. Tapi inilah alam dibalik kemurkaannya akan ada suatu
berkah dan keindahan pada waktu yang akan datang.
Dead Zone
Sunrise
View Hutan Mati
Eksotis
Terus mengikuti jalur dengan petunjuk yang ada jalur akan semakin
menanjak melewati punggungan bukit. Sebuah tanjakan cukup curam dengan kemiringan 45 derajat yang bernama tanjakan mamang.
Tanjakan Mamang
Cukup Curam
Berjalan selama 40 menit kita akan sampai
disebuah padang bernama Tegal Alun yang sangat luas dan terdapat banyak sekali tumbuh bunga
edelweiss. Sungguh sebuah tempat yang sungguh indah, setelah kita berjuang
menaklukkan jalur pendakian.
Padang Edelweiss
Tegal Alun
Bunga Edelweiss
Momen Indah
Bunga Abadi
Untuk menuju puncak papandayan kita harus menemukan mata air terlebih
dahulu dan mengikuti jalur. Namun kita harus hati hati dalam menentukan jalur,
dikarenakan pendaki berkunjung ke papandayan dengan tujuan akhir tegal alun dan
tidak melanjutkan ke puncak. Alasan lain puncak papandayan adalah sebuah tempat
dimana sekeliling hanya hutan belaka dan tidak ada pemandangan lepas di puncak
ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar