Pages

Senin, 28 Oktober 2013

Gunung Papandayan

Gunung Papandayan mempunyai ketinggian 2654 mdpl, berada di daerah otoritas garut yang mendapat julukan lain “Switzerland Van Java”, julukan yang disematkan oleh pelawak legenda dunia Charlie Chaplin yang pernah mengunjungi kota ini. Terdapat dua jalur resmi pendakian yaitu jalur dari desa Cisurupan dan Jalur dari Pengalengan.
Transportasi
Jakarta (Kp. Rambutan) – Bandung – Garut.
Estimasi Biaya
Bis Kp. Rambutan – Garut            : Rp. 35.000
Angkot Garut – Cisurupan            : Rp.   6.000
Cisurupan – Parkiran
Ojek                                      : Rp. 20.000
Pick Up (15 Orang)           : Rp.   8.000
Tiket Masuk Kawasan                    : Rp.   2.000
Angkot Ke Cisurupan
Perijinan
Perijinan di gunung papandayan ini relative mudah dan tidak ada persyaratan khusus. Kita hanya diwajibkan membayar tiket masuk kawasan saja dan tidak ada persyaratan lainnya.
Jalur Pendakian
Perjalanan awal kita mulai dari kawasan parkiran wisata papandayan. Selepas dari parkiran kita akan langsung disambut dengan landscape kawah papandayan yang masih terus aktif dan mengeluarkan gas belerang. 
Perjalanan Menuju Kawasan Kawah
Kita harus mempersiapkan masker hidung untuk menghindari bau ataupun bahaya dari gas belerang dari kawasan kawah. Landscape kawah yang indah selalu menggoda kita untuk mengabadikan setiap langkah kita.
Kawah Papandayan
Gas Belerang
Lereng Kawah 
Kawah Aktif
Landscape
Jalanan akan sedikit demi sedikit akan terus menanjak, kemudian selepas kawasan kawah jalur pendakian akan datar dan kita akan sampai di daerah longsoran. Daerah ini terdapat bekas longsoran besar yang membelah bukit, akibat longsoran ini kita harus mengambil jalur menurun kearah kanan, jalur sedikit memutar dan lebih jauh tetapi tetap dengan pemandangan alam yang menyejukkan mata.
Daerah Longsoran 
Jalur Menanjak
View Landscape
Jalur akan terus landai sampai kita bertemu pos lawang angin, disini adalah sebuah persimpangan jalan dimana untuk mencapai puncak papandayan kita harus mengambil arah ke kiri sedangkan lurus akan mengantarkan kita ke jalur pengalengan dan pondok guberhut.
Lawang Angin
Mengikuti jalur selama kurang lebih 20 menit kita akan sampai di pondok saladah. Pos terakhir yang biasa digunakan para pendaki untuk bermalam sebelum melanjutkan keesokan harinya. Di pondok saladah merupakan sebuah hamparan luas yang bisa menampung puluhan tenda dan terdapat mata air yang mengalir sepanjang musim. Dari sini kita dapat memandang hutan mati dari kejauhan.
Pondok Saladah Berselimut Kabut
Pondok Saladah
Tenda Yang Selalu Menemani
Sumber Air
Selepas kawasan pondok saladah dengan mengambil arah kiri serta menyebrang aliran sungai, sekitar 15 menit kita akan sampai di kawasan hutan mati. Gunung papandayan sempat erupsi pada tahun 2002 dan menghancurkan hutan hutan dikawasan ini. Tapi inilah alam dibalik kemurkaannya akan ada suatu berkah dan keindahan pada waktu yang akan datang.
Dead Zone
 Sunrise 


 View Hutan Mati
 Eksotis
Terus mengikuti jalur dengan petunjuk yang ada jalur akan semakin menanjak melewati punggungan bukit. Sebuah tanjakan cukup curam dengan kemiringan 45 derajat yang bernama tanjakan mamang.
 Tanjakan Mamang
Cukup Curam
Berjalan selama 40 menit kita akan sampai disebuah padang bernama Tegal Alun yang sangat luas dan terdapat banyak sekali tumbuh bunga edelweiss. Sungguh sebuah tempat yang sungguh indah, setelah kita berjuang menaklukkan jalur pendakian.
 Padang Edelweiss

 Tegal Alun
Bunga Edelweiss
 Momen Indah
Bunga Abadi
Untuk menuju puncak papandayan kita harus menemukan mata air terlebih dahulu dan mengikuti jalur. Namun kita harus hati hati dalam menentukan jalur, dikarenakan pendaki berkunjung ke papandayan dengan tujuan akhir tegal alun dan tidak melanjutkan ke puncak. Alasan lain puncak papandayan adalah sebuah tempat dimana sekeliling hanya hutan belaka dan tidak ada pemandangan lepas di puncak ini.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar