Pages

Selasa, 29 Oktober 2013

Gunung Argopuro


Salah satu gunung yang terdapat di daerah jawa timur yang masuk di dalam deretan pegunungan Hyang terletak di kabupaten probolinggo. Gunung ini memiliki ketinggian 3088 mdpl. Terdapat 2 puncak yang terkenal, yang pertama puncak rengganis dan yang tertinggi adalah puncak argopura. Kedua puncak ini hanya terpisah jarak ± 200 m.Gunung Argopuro juga terkenal akan jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa. 

Transportasi
Surabaya - Probolinggo - Kraksaan - Krucil
Estimasi Biaya 

Bis Surabaya - Probolinggo                    : Rp. 15.000
Bis Probolinggo - Kraksaan                   : Rp.    7.000
Angkot Kraksaan - Krucil                      : Rp.    8.000
Perijinan
Untuk melakukan pendakian melalui jalur Bermi kita harus melapor terlebih dahulu ke Polsek Krucil, disini kita harus mengisi biodata ketua kelompok pendakian dengan menyerahkan fotokopi KTP dan tanpa dipungut biaya sepeserpun. Jika dijalan ada apa apa kita tidak bisa meminta pertanggung jawaban siapapun juga, maka dari itu persiapan mendaki gunung ini harus benar benar matang, jika hanya niat mencari sensasi mending jangan pernah mendaki gunung ini.
Polsek Krucil
Jalur Pendakian

Jalur pendakian Gunung Argopuro ini merupakan jalur terpanjang di pulau Jawa dengan jarak 38 km. Sesuai dengan rencana kami melakukan perjalanan melewati dua jalur yang berbeda alias tidak kembali pulang dengan jalan yang sama, karena untuk menikmati gunung Argopuro secara maksimal harus melewati jalur seperti ini dengan konsekuensi waktu dan jarak tempuh yang lebih lama. tapi tak apalah demi melihat danau, sungai, kawah, padang rumput, dan mungkin saya hanya berkesempatan 1 kali dalam hidup mengunjungi tempat ini. Jadi mari kita langkahkan kaki, Lets Gooo....
Perjalanan ke puncak Argopuro : 20 jam
Perjalanan turun via Baderan      : 12 Jam
Pendakian

Doa Awal
-- Krucil - Taman Hidup --
Perjalanan kami dimulai dengan menyusuri jalan menurun di depan polsek krucil dan berbelok ke kanan yang terbentang di tengah pemukiman penduduk dan ladang. Menurut informasi warga sekitar sebelum mendaki gunung ini diwajibkan salah satu dari kami harus mengambil air dari musholla kecil yang terdapat di awal jalur pendakian. Menurut penduduk ini demi keselamatan kami semua saat memasuki daerah kekuasaan Dewi Rengganis. Percaya tidak percaya sih, tapi apa susahnya juga membawa sedikit air dari tempat itu.
Gerbang Awal
Setelah beberapa lama kita akan bertemu percabangan, kita ikuti arah jalan setapak yang berbelok ke kanan. Hampir satu jam berjalan dengan trek yang lumayan menguras yang naik turun tenaga kami bertemu dengan hutan damar. Selama perjalanan awal ini trek masih dalam areal perkebunan rakyat. Tak beberapa lama kami pun sampai di pintu hutan, disini ditandai dengan pohon pohon damar yang tertata rapi. Sedikit ketakjuban saat melewati hutan yang cukup indah ini.
Hutan Damar
Trek 

Istirahat
Dari hutan ini jalan setapak akan semakin menanjak, terkadang kita harus berpengang pada akar akar pohon untuk terus bergerak maju. Ditambah dengan jalanan yang licin sehabis diguyur hujan menambah berat langkah kaki kita. Terkadang rumput liar setinggi paha pun harus kita lalui. Tanjakan demi tanjakan kita lalui tetapi seakan tiada habisnya, tenaga pun semakin terkuras, dan catatan penting tidak ada mata air selama perjalanan menuju Taman Hidup. Selama di perjalanan kita akan sering berjumpa dengan monyet ekor panjang, tingkah polah mereka menjadi menjadi hiburan tersendiri dikala kami sedang dilanda kelelahan di tengah rimbun rimba. Setelah kurang lebih berjalan selama 5 jam perjalanan hari pertama ini akan segera berakhir jika kita sampai di puncak bukit tertinggi yang terdapat percabangan arah taman hidup dan kearah cisentor. Kita ambil arah kanan, jalur ini menuju danau Taman Hidup. Hari pertama kita rencanakan untuk membuka tenda di taman hidup untuk bermalam.
Taman Hidup


Khayangan Dewi Rengganis
Mentari Pagi
-- Taman Hidup - Puncak --
Hari kedua tenaga telah terisi setelah istirahat semalam di tenda kami pun bersiap kembali untuk menerjang perjalanan panjang di hari kedua ini taman hidup ke cisentor yang kami perkirakan akan ditempuh dalam 8 jam, tapi semuanya tergantung tenaga dan mental setiap individu. Start perjalanan kami lakukan tepat pukul jam 9 pagi, senyum senyum cerah menyambut awal perjalanan kami di hari kedua. Pada awalnya kami cukup kesulitan untuk menemukan jalur, tapi dengan bantuan ketua tim polio akhirnya jalur diketemukan. Jalur awal cukup jelas walaupun terkadang kita harus berjalan di atas pohon yang tumbang dan melintas sungai, sampai kita memasuki hutan lebat dengan lumut lumut hijau yang eksotis. Hutan ini sangat lebat, selalu berkabut dengan pohon pohon yang besar hingga sinar matahari pun kesulitan menembus lebatnya hutan dan menjadikan kawasan ini cukup indah tetapi sedikit mencekam. Kata para pujangga malam hutan ini mempunyai kesan romantis mistis.
Kabut Tebal

Hutan Lumut
Setelah menembus lebat hutan lumut jalur akan mulai samar dengan ditutupi ilalang setinggi paha orang dewasa. Jalur akan terus menanjak dan membuat kami terpecah pecah menjadi beberapa tim kecil. Melanjutkan perjalan dengan trek yang naik turun dengan di kanan kiri kami banyak tumbuh tanaman penyengat atau biasa disebut para pendaki tumbuhan jancukan (Jancuk),sebuah konotasi negatif bahasa jawa. Karena jika kita tersentuh akan terasa seperti dicium lebah dan kita akan mengumpat. Jalanan mulai kurang bersahabat dengan tanjakan tanjakan yang cukup ekstrim. Langkah demi langkah kami kumpulkan demi melibas ilalang di hari kedua ini.
Tanaman Penyengat
Tertutup Ilalang

Seutas Pita Sebagai Penunjuk Jalan
Setelah sekian jam berjalan gontai 15 orang tim terdepan menemui persimpangan jalan sebelum mencapai aeng kenik. Dengan keyakinan kami yang dipimpin oleh ketua tim berbelok ke arah kiri. Dan kamipun yakin jalur ini benar walaupun tertutup ilalang setinggi manusia, karena sepanjang jalur pita pita merah selalu ada dihadapan kita. Setelah sekian lama jalan terus menanjak tajam tanpa bonus dengan kiri kanan berserak pohon jancukan.  Setelah hampir 2 jam berjalan dari persimpangan kami baru menyadari bahwa jalan yang kami lalui ini adalah jalan pintas untuk menuju langsung ke puncak dan bibir kawah argopuro, padahal tujuan kami semula adalah cisentor untuk beristirahat terlebih dahulu. Kepalang tanggung dan fisik yang semakin ngedrop, akhirnya kami putuskan untuk terus berjalan ke atas ke kawasan puncak.
View Waktu Tersesat

Kabut Tebal
Mau apa dikata tim piknik alam telah terpecah pecah dan kami berharap tim belakang juga mengikuti jejak kami, tetapi setelah sekian lama menunggu batang hidung tim belakang tidak kunjung terlihat. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan menerjang tanjakan tanjakan vertikal hingga menemui kawah argopuro kami pun berdoa agar tim belakang tidak tersesat mengikuti jejak kami. Hampir 2 jam kami menunggu tim belakang di kawasan puncakm, tapi tak ada tanda tanda mereka muncul. Malam pun semakin larut, kamipun melanjutkan perjalanan menuju rawa embik untuk membuka tenda dan memasak makanan, karena hampir sehari penuh kami berjalan.
Petunjuk Arah
Di kawasan puncak ini terdapat dua puncak yang dapat kita kunjungi. Yang paling terkenal di kalangan pendaki adalah Puncak Rengganis. Puncak ini juga menyimpan cerita legenda dari Majapahit tentang Dewi Rengganis, Konon juga terdapat arca Rengganis tetapi tidak terlihat. Dari puncak terlihat seperti reruntuhan pagar pagar tepat dibawah puncak rengganis. Atau mungkin ini bekas peninggalan Dewi Rengganis itu, harus saya cari kelanjutan dari cerita ini. Mungkin suatu saat saya juga membuat tulisan tentang Dewi Rengganis, jadi tunggu saja di blog saya ini.


Petilasan Dewi Rengganis

Puncak Rengganis
Puncak tertinggi adalah puncak argopuro yang hanya bersebelahan dengan Rengganis yang dapat kita capai dengan berjalan 30 menit dari Rengganis. Medan mencapai puncak inipun lebih terjal daripada puncak rengganis. Di puncak ini ditandai dengan tanda trianggulasi dengan tertutup lebat dari pepohonan. View memang kurang menarik dibandingkan dengan puncak rengganis.
Puncak Argopuro
Background Puncak Argopuro
-- Puncak - Cisentor --

Turun dari kawasan puncak setelah berjalan mengikuti pita kecil sebagai penunjuk arah serta menerjang semak belukar selama 90 menit kita akan menemui Rawa Embik. Disini merupakan pos terakhir sebelum puncak dan terdapat sungai berair jernih. Sebuah padang rumput yang cukup luas, konon katanya dulu banyak terdapat kambing gunung yang mencari air disini, makanya sekarang kawasan ini dinamakan rawa embik.
Rawa Embik
Tempat Camp Rawa Embik
Setelah sempat bermalam di Rawa Embik kita melanjutkan perjalanan ke Cisentor, trek kembali tidak jelas dengan menerjang semak belukar. berjalan 90 menit kita akan mendengar deras suara sungai yang menandakan kita akan segera sampai di Pos Cisentor. Disini merupakan daerah mungkin tidak cukup terlalu luas dibandingkan pos pos lainnya sehingga saat mendirikan tenda disini harus saling dempet jika musim pendakian sedang ramai, kawasan ini biasa digunakan pendaki bermalam sebelum menggapai puncak Argopuro. 
Cisentor

-- Cisentor - Cikasur --
Perjalanan turun kita rencanakan via jalur Baderan, jalur yang yang sayang kita lewatkan. Jadi pertama kita harus mencari jalur untuk menuju Cikasur. Jalur sangat tidak jelas tanpa penunjuk arah. Banyak pohon pohon tumbang, jalur tertutup ilalang setinggi manusia dewasa, sebelah kanan jurang menganga siap menerkam dibalik ketidakwaspadaan kita. Jadi sangat dianjurkan untuk bersama seseorang yang sudah berpengalaman naik Gunung ini agar tercipta rasa aman dalam perjalanan dan disarankan juga agar membawa GPS, hal yang sangat saya anjurkan. Setelah menemukan jalur kita akan dipandu dengan patok patok yang tepasang sepanjang jalur. Jalur membelah hutan dan padang rumput yang cukup indah, setelah berjalan 2-3 jam kita sampai di Cikasur. 
Cikasur

Pos Cikasur
Daerah ini merupakan padang rumput sangat luas dan sangat indah. Jika kita beruntung kita akan bertemu dengan rusa ataupun merak liar. Sungai jernih berarus dingin pun mengalir di kawasan ini. Tempat yang sempurna untuk berkemah tetapi dibalik keindahan ini ada sedikit cerita miris. Dahulu Cikasur ini juga merupakan Bandara perintis yang dibangun Jepang, sampai saat ini sisa sisa bangunan masih terlihat jelas. Banyak pekerja paksa yang dibantai disini, dan menurut warga sekitar kami dianjurkan tidak bermalam di daerah ini, sebaiknya camp setelah daerah cisentor. Tapi tenaga malam itu tak bisa dituntut untuk berjalan lebih jauh lagi, maka kamipun bermalam di cisentor, dan Alhamdulillah selama semalam kamipun tak menemui hal yang negatif dari tempat ini.
Reruntuhan Bekas Bandara
Sungai Cikasur
Penuh Dengan Selada Air
Setelah bermalam di Cikasur kita melanjutkan perjalanan kembali. Padang rumput masih setia menemani setapak kaki kami. keluar masuk hutan beberapa kali kita akan sampai di Alun alun kecil. Sebuah padang rumput terakhir yang sangat indah. Seperti surga kecil yang jatuh ke dunia, sebelum kita melalui punggungan bukit sampai kita sampai di pos Baderan.
View Selepas Cikasur
Menerjang Rerumputan

Padang Savana
Memulihkan fisik di alun alun kecil kita berangkat kembali, Tanjakan bukit sudah menghadang kami. setelah melewatinya kita akan naik turun bukit tapi tidak terlalu ekstrem. Melewati Punggungan bukit selama 3 jam kita akan sampai di pos Mata air 2 dan Mata air 1. Beranjak dari pos mata air 1 selama kurang lebih 2 jam penampkan alam akan segera berubah setelah kita melewati batas hutan. ladang penduduk akan menyambut kita dengan jalanan batu yang tertata rapi. Tetapi pos Baderan masih cukup jauh jika kita telah ladang ladang penduduk ini. Jika kita tidak ingin berlama lama kita bisa menyewa ojek dari batas hutan. 
Ladang Penduduk
Perjalanan 4 hari 3 malam kita berakhir pada saat kita sampai di pos baderan. Sungguh petualangan yang menantang mental dan fisik kita, pengalaman yang tak mungkin dapat saya lupakan menerjang setapak kecil terpanjang di pulau jawa ini. Dari Pos baderan kita dapat menggunakan angkot kembali untuk mengantarkan kita ke daerah Besuki dan kembali bertempur dengan hari hari biasa.
Angkot Menuju Besuki

Tidak ada komentar :

Posting Komentar